Oleh: Hendri Kariawansa, Mahasiswa PBSI FKIP UNSA
Pendidikan merupakan sebuah fonomena antropologis dan usianya hampir setua dengan sejarah manusia itu sendiri. Pendidikan bertujuan menjaga kelangsungan kehidupan sosial dalam bermasyarakat dan untuk mempersiapkan anak-anak mudah supaya bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Menyadarkan pemudalah tentang adanya Politis karna bermasyarakat tidak jauh dari hubungan politik supaya tidak dipermainkan para politisi. Medidik pendidik dari analisis situasi sosial aktual kontemporer dengan cara mendeskeripsikan dan menganalisis berbagai macam pekerjaan dan karir.
Doni Koesoema mengatakan bahwa berbicara tentang karakter seseorang hanya bisa menilai apakah seseorang itu memiliki karakter kuat atau lemah.Apakah ia lebih terdominasi pada kondisi-kondisi yang telah ada dari awal (genetika)-nya, atau ia menjadi tuan atas kondisi natural yang telah ia terima. Apakah yang given itu lebih kuat daripada yang willed (yang dipelajari) tadi. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari awalnya. Sedangkan orang yang memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Orang yang berkarakter dengan demikian seperti seseorang yang membangun dan merancang masa depannya sendiri. Ia tidak mau dikuasai oleh kondisi kodratinya yang menghambat pertumbuhannya. Sebaliknya, ia menguasainya, mengembangkannya, demi kesempurnaan kemanusiaannya tapi tidak dengan terlalu ngengikutinya.
Ada kecenderungan kita memahami karakter dari adanya determinasi yang terjadi terus menerus secara konsisten, berupa kombinasi pola perilaku, kebiasaan, pembawaan, dll. Kenyataan inilah yang sering kita lihat dan saksikan secara kongkret, dan kita sebut sebagai karakter yang kasat mata. Adapun juga karakter yang dialami berupa disposisi batin yang melalui dimensi ini diterminasi diterima, ditolak, atau dimodifikasi.
Mengajarkan Karakter.
Pendidikan harus dapat menjadi proses pengujian daya tahan siswa. Bertahan dalam situasi sengan sangat tidak ideal dan tidak sesuai dengan keinginan adalah hal yang penting untuk dipelajari. Kemampuan kognitif yang baik harus diimbangi dengan kemampuan fisik, begitu pula sebaliknya. Maka apabila program unggulan hanya akan mencetak generasi pemenang lomba namun tidak tahan uji (peraktek) dan tidak mampu bertekun akan berakibat pada menumpuknya kaum cerdik pandai yang tidak memiliki kemampuan implementatif. Akibatnya akan mudah diperalat untuk kepentingan mereka.
Pendidikan karakter bukan sekedar memiliki dimensi integratif, dalam arti, mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan karakter bisa menjadi salah satu sarana penyembuh penyakit sosial. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan dalam masyarakat kita. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam lembaga pendidikan.
Pendidikan Karakter (di Indonesia)
Karakter juga berhubungan dengan keris ekonomi karna kurangnya pendidikan di era milenial sekarang ini sehingga terjadilah kerisis karakter. Ada pula yang sangat fatal dalam berkarakter yaitu orang-orang yang “korupsi” orang yang korupsi rata-rata orang berpendidikan, hilangnya karakter kepribadian yang baik, terutama sekali kejujuran, pengendalian diri, dan tanggung jawab sosial.
Tak hanya pada korupsi, kerisis karakter juga karna kurangnya pendidikan baik dari luar sekolah atau dalam (rumah), sehingga meniruh gaya barat meminum minuman keras, berpakaian hanya menutupi bagian fatal (kemaluan), yang lebih parah pemudah yang mengunsumsi narkoba dan sejenisnya bertujuan untuk kepuasan diri padahal itu semuanya hanya merusak perkembangan Indonesia terutama merusak diri kita sendiri, hilangnya etika dan rasa kepedulian dll. Membangun karakter sebenarnya sangat gampak yaitu jadikan kepribadian yang baik pada dirikita sendiri, dan juga peduli terhadap lingkunyan sekitar atau membakitkan rasa Empati.
Pihak-pihak yang terlibat
Keluarga. Bisa dikatakan dari keluargalah lahirnya karakter yaitu dengan mengajarkan sesuatu sehingga menjadi kebiasaan dan tertanampah baik buruknya karakter pada seorang anak. Pendidikan di keluarga inilah yang akam menentukan anak memiliki komitmen terhadap nilai moral tertentu seperti kejujuran, kedermawanan, dan menentukan bagaimana ia melihat dunia sekitar atau cara pandang melihat sesuatu yang berbeda seperti halnya perbedaan agama, ras, suku, budaya dll. Di keluargalah menentukan kehidupan yang berhasil dan wawasan mengenai masa depan.
Teman sebaya. Juga mempengaruhi terhadap pembentukan karakter, terutama pada omongan yang diakui teren dengan tidak mengetahui asal usulnya, cara berpakaian dll. Kita harus hati-hati dalam berucap karna di era baru ini anda menghina seseorang bisa dikenakan sangsi, posisikan gaya bicara baik dengan yang lebih tua atau yang seumuran.
Media Masa. Baik itu internet ataupun televisi otak akan lebih jauh berkembang yaitu dengan melihat pengalaman dari luar cara yang tidak kita ketahui dan bisa membangkitkan kecerdasan pada masing-masing seseorang. Tetapi masih tidak jauh dari pemantauan keluarga, dan dengan siapa teman sebayanya karna itu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari seorang anak.
Pendidikan Formal. Sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, sangat dibutuhkan berperan besar dalam pembentukan karakter. Dengan cara memusat pelatihan dengan memperhatikan supaya terbentuk keterampilan dan pengalihan pengetahuan.
Suasana belajar yang membangkitkan Apresiasi
Pengembangan suasana afresiatif didasarkan atas pandangan bahwa karakter atau kebiasaan baik lebih mudah dan cepat dikembangkan dengan mengapresiasi kebajikan dan kekuatan yang ada pada seseorang, bukan dengan menyoroti keburukan atau kelemahannya.
Organisasi kemahasiswaan yang bersifat ekstrakurikuler adalah ranah yang sangat baik bagi para siswa atau mahasiswa untuk belajar mengambil tanggung jawab dalam mendidik diri sendiri dan saling mendidik antara rekan sejawat. Banyak pengalaman dan pembelajaran yang kita dapat seperti belajar mengemukakan gagasannya, belajar melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, belajar meyakinkan orang lain, belajar memimpin orang lain, belajar memimpin diri sendiri, belajar menjadi pengikut orang lain, belajar menghargai orang lain, belajar berbagi, belajar berkontribusi, belajar menghargai perbedaan, belajar berempati, belajar memegang nilai-nilai atau prinsip-prinsip hidup, belajar membuat rencana, belajar melaksanakan rencana yang sudah dibuat, belajar mengakui kelebiha orang lain, belajar mengakui kekurangan diri sendiri, belajar menjadi pemenang yang rendah hati, belajar menerima kekalahan dengan lapang dada, belajar bersikap sportif.
Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila sangat dibutuhkan oleh bangsa dan rakyat Indonesia dewasa ini. Sangat dibutuhkan karena mengingat banyaknya ideologi dan praktek-praktek hidup yang lain, yang bertentangan dengan ideologi dan praktek hidup Pancasila, bergentayangan dan terlanjur diserap oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Sebagian besar rakyat Indonesia adalah rakyat yang tertindas dan miskin, tetapi sekaligus menaruh harapan besar kapan tercapainya kesejahteraan, kedamaian, dan kemakmuran hidupnya. Ketidaktahuan akan, dan kesalahan menafsirkan, ideologi kita itu sungguh membahayakan kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.
COMMENTS