SUMBAWA- Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbawa merilis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2020. Kegiatan dipusatkan Rabu di Aula kantor BPS Sumbawa Rabu (30/6).
Kepala BPS Kabupaten Sumbawa Joko Pitoyo Novarudin, dalam press rilisnya menyebutkan angka IPM Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 hanya tumbuh 0,01 persen. Angka IPM Kabupaten Sumbawa ini meningkat sebesar 67,61 di tahun ini. Naik 0,01 poin dari tahun sebelumnya.
Level IPM Kabupaten Sumbawa masih bertahan di kategori sedang sekaligus bertahan di peringkat ke enam se-Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dijelaskan, semua komponen pembentuk IPM mengalami peningkatan di Tahun 2020. Seperti, Usia Harapan Hidup (UHH) meningkat menjadi 67,54 tahun dengan peningkatan sebanyak 0,23 tahun. Harapan Lama Sekolah (HLS) meningkat menjadi 13,06 tahun dengan penambahan sebanyak 0,09 tahun.
Kemudian, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) meningkat menjadi 7,92 tahun dengan penambahan sebanyak 0,01 tahun. Pengeluaran Per Kapita Per Tahun menurun menjadi Rp 9,146 juta dengan penurunan sebesar Rp 190 ribu.
Menurutnya, secara umum, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, perkembangan IPM Kabupaten Sumbawa menunjukkan tren yang terus meningkat dan cenderung mengejar ketertinggalan dengan angka provinsi. IPM Kabupaten Sumbawa meningkat dari 61,50 pada Tahun 2011 menjadi 67,61 pada Tahun 2020. Selama periode 2011 – 2020, IPM Kabupaten Sumbawa tumbuh 9,93 persen dengan status capaian IPM sedang. Selama kurun waktu Tahun 2015-2018, laju pertumbuhan IPM Kabupaten Sumbawa berada di atas laju pertumbuhan provinsi.
Akan tetapi lanjutnya, pada Tahun 2019 dan 2020, laju provinsi berhasil mengejar ketertinggalan hingga selisih 0,01 di Tahun 2019 dan 0,15 di Tahun 2020 terhadap laju pertumbuhan IPM Kabupaten Sumbawa. Pada Tahun 2020, laju IPM Kabupaten Sumbawa mengalami perlambatan yaitu sebesar 0,01 persen, sedangkan laju provinsi sebesar 0,16 persen.
“Selama lima tahun terakhir laju IPM Kabupaten Sumbawa meskipun masih tumbuh, tetapi mengalami perlambatan dan semakin tahun semakin melambat,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, keterbandingan antar daerah sangat diperlukan karena untuk melihat posisi relatif daerah yang bersangkutan dengan daerah di sekitarnya. Keterbandingan tersebut tidak hanya untuk melihat posisi relatif saja. Tetapi juga sebagai pelecut semangat agar lebih terpacu dalam mengejar ketertinggalan pun dalam mempertahankan keberhasilan pencapaian pembangunan.
‘Pada Tahun 2020 hanya tiga kabupaten/kota yang mampu mencapai level IPM kategori tinggi. Yakni Kota Mataram, Kota Bima, dan Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan IPM Kabupaten Sumbawa hanya mampu di kategori sedang dan bertahan di peringkat keenam, yaitu satu tingkat di bawah peringkat Kabupaten Dompu dan di atasnya Kabupaten Lombok Tengah,” pungkasnya.
Sementara laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2020 sebesar -4,13 persen dengan nominal berlaku mencapai 14.457,97 milyar rupiah. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami penurunan sebesar RP 345,58 milyar dibandingkan dengan Tahun 2019 yang mencapai 14.803,55 milyar rupiah. Penurunan nilai PDRB ini dipengaruhi oleh adanya pandemi yang mempengaruhi penurunan produktivitas di berbagai lapangan usaha.
Berdasarkan harga konstan 2010, angka PDRB mengalami penurunan yaitu dari 10.470,63 milyar rupiah pada Tahun 2019 menjadi 10.037,75 milyar rupiah pada Tahun 2020. Hal ini menunjukkan selama Tahun 2020 Kabupaten Sumbawa pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 4,13 persen.
“Perekonomian melesu dibandingkan tahun sebelumnya. Lesunya pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan karena pandemi sehingga mempengaruhi produktivitas hampir di sebagian besar sektor ekonomi,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, menurut Lapangan Usaha, kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan kontributor terbesar perekonomian di Kabupaten Sumbawa dengan distribusi persentasenya 38,78 persen (2016), 39,22 persen (2017), 39,48 persen (2018), 38,39 persen (2019), dan 39,86 persen (2020). Terkontraksi 0,82 persen karena iklim, bukan pandemi.
Selanjutnya, menurut Lapangan Usaha, tiga kategori terkontraksi paling besar karena pandemi di Kabupaten Sumbawa yakni Transportasi dan Pergudangan, terkontraksi 29,56 persen. Penyedia Akomodasi dan Makan Minum, terkontraksi 18,63 persen. Konstruksi, terkontraksi 15,55 persen.
Kemudian, menurut Pengeluaran, kontributor terbesar disumbang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan distribusi persentasenya 77,25 persen (2016), 74,25 persen (2017), 72,43 persen (2018), 70,67 persen (2019), dan 70,41 persen (2020). Pengeluaran konsumsi rumah tangga selama pandemi 2020 mengalami kontraksi sebesar 3,43 persen. (IM)
COMMENTS