SUMBAWA- Tak mudah menuju situs batu tulis Desa Tepal, Kecamatan Batulanteh Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Perjalanan menanjak, berliku dan berbatu membuat pengendara tak nyaman duduk di atas sepeda motor selama 30 menit.
Semakin menanjak ke atas, medan tak mulus sehingga pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit ke atas puncak pegunungan Batulanteh.
Bukti peradaban Tepal sejak masa pra sejarah ada di situs Batu Tulis. Batu ini terletak di sebelah Selatan Desa tepal yang berjarak sekitar 4 km dari pusat Desa Tepal.
Perjalanan menuju situs dapat ditempuh menggunakan kuda, naik motor trail ataupun berjalan kaki melalui jalan setapak.
Di desa Tepal, cuaca dingin langsung menyentuh kulit dengan suhu 20 derajat. Bahkan di pagi hari bisa tembus suhu 19 derajat. Kontras sekali dengan suhu di Sumbawa mencapai 29 derajat celcius di siang hari.
Sepanjang jalan menuju situs batu tulis, kita akan menyusuri hutan belantara. Suasana dingin yang sunyi akan menambah syahdu perjalanan menuju situs ini.
Berada di ketinggian 1.225 mdpl, situs batu tulis kini diteliti kembali oleh tim ahli cagar budaya dari Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Kabupaten Sumbawa.
“Iya benar. Kami teliti kembali situs batu tulis untuk diusulkan masuk ke dalam daftar cagar budaya Sumbawa,” kata tim ahli cagar budaya LATS, Aminuddin Selasa (25/6/2024).
Menurutnya, saat ini status masih disebut Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB). Berdasarkan data-data yang ada, nanti akan dikompilasi dan didalami sebelum diajukan secara utuh ke Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa. Selanjutnya akan diproses penetapan sebagai Cagar Budaya.
Ia berharap, proses pendataan lengkap bisa dipercepat oleh Tim Pendata Cagar Budaya agar dapat diagendakan pembahasannya oleh TACB.
“Potensi utk ditetapkan sebagai Cagar Budaya sangat besar,” ucap Ami akrab disapa.
Ia menjelaskan, penetapan situs menjadi cagar budaya melalui Surat Keputusan (SK) Bupati.
“Tahapan legislasinya yang harus kami lengkapi sesuai ketentuan Undang-Undang Cagar Budaya,” jelasnya.
Situs Batu Tulis
Wisatawan lokal maupun mancanegara menyebut batu berukuran besar itu dengan situs batu penggores atau batu tulis.
Pasalnya, di permukaan batu ini terdapat beberapa goresan dengan kedalaman sekitar 2 cm berbentuk lambang kuno dan beberapa lambang senjata, binatang, manusia, alat masak seperti sendok dan piring. Di Batu ini juga terdapat beberapa tanda panah seperti menunjukkan arah sesuatu.
Menurut kepala Desa Tepal, Sudirman, situs batu tulis ini erat kaitannya dengan sejarah terbentuknya desa ketika masa Datuk macani yaitu orang yang sangat berpengaruh di desa Tepal.
Situs ini diperkirakan ada sejak zaman batu peak (lunak) yaitu saat batu belum keras seperti sekarang ini. Batu ini tetap dirawat oleh Pemerintah Desa dan pemerintah Kabupaten Sumbawa menjadi situs sejarah.
“Ada sandi yang harus dipecahkan di situs Batu Tulis dan ada tulisan satera jontal aksara Samawa,” katanya.
Sampai sekarang ini belum ada yang bisa menerjemahkan sandi atau apa arti dari tulisan di batu tulis tersebut.
“Hanya tetua adat yang ada di desa Tepal saja yang mengerti, namun masih dirahasiakan karena berkaitan dengan adat,” ujar Sudirman.
Muntaka (62) pemangku adat dan mantan kepala dusun mencoba menuliskan asal usul nama Desa Tepal dalam buku tulis.
Desa Tepal berasal dari kata kepal yang artinya bersatu. Sebutan dari Tepal itu akronim dari Tau Kepal (orang yang bersatu, ada juga pendapat mengatakan orang sakti).
Menurutnya, nenek moyang orang Desa Tepal tadinya tinggal berpencar hingga ada yang bermimpi untuk bersatu tinggal di sebuah tempat yang sekarang menjadi pusat desa.
Desa Tepal terletak pada ketinggian 847 meter di atas permukaan laut.
“Berdasarkan cerita turun temurun, masyarakat tertua di Kabupaten Sumbawa adalah Desa Tepal,” sebut Muntaka.
Ada jejak perkampungan di atas situs Batu Tulis, dan ada kuburan dari batu yang berukuran besar. Hal itu menjadi bukti ada peradaban saat zaman batu hingga masuk zaman besi di desa Tepal.
“Situs ini menjadi bukti peradaban Tepal tertua di Sumbawa,” ujarnya.
Ia menjelaskan, ada jejak peradaban di situs Batu Tulis dimana ada simbol lingkaran yang disebut 4 kelompok mule kamuya yaitu Malengke, Pedesa, Malempe, dan Tebas yang mendiami wilayah desa tepal yang letaknya tidak terlalu jauh antar satu sama lain.
“Jejak 4 kelompok ini masih bisa ditemui di situs batu tulis dan makam keramat,” kata Muntaka.
Pada masa Kesultanan Sumbawa orang Kepal sering dimintai nasihat oleh Sultan.
“orang Kepal atau Tepal sangat dihormati oleh kaum bangsawan di Kesultanan Sumbawa,” ucapnya. (IM)
COMMENTS