SUMBAWA – Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kabupaten Sumbawa berhasil menggelar Seminar Islam dan Kebudayaan. Seminar dengan tajuk Seminar Islam dan Kebudayaan menghadirkan dua pemateri yakni Dea Guru Syukri Rahmat (Ketua Umum MUI Kab. Sumbawa) dan Aries Zulkarnaen (Budayawan Sumbawa)
Dea Guru Cuk, akrab dipanggil ketua Umum MUI Sumbawa tersebut, berbicara tentang Sejarah Perkembangan Islam di Sumbawa. Sosok yang consent pada kajian-kajian Keiislaman dan dan kebudayaamn tersebut mengemukanan bahwa, masuknya Islam ke Sumbawa, tidak bisa dipisahkan dari proses islamisasi yang terjadi di Nusantara. Sejarah panjang ini dimulai sejak zaman Rasulullah saw pada fase awal di Makkah al Mukarramah, berlanjut di era sahabat (khulafauurrasyidin) di Madinah, Dinasti Bani Umayyah (661 – 750), Dinasti Bani Abbasyiah (750 -1280), masa tiga kerajaan besar, yaitu Turki Utsmani di Turki, Kerajaan Shafawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India, serta penyebaran Islam di Nusantara, ( Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku).nTerdapat beberapa pendapat mengenai sejarah masuknya Islam ke Nusantara. Pertanyaan mengenai asal, pembawa, dan waktu, merupakan pertanyaan yang terus menerus muncul di tenagh-tengah masyarakat Sumbawa, terutama dari para pemerhati dan pecinta sejarah. Dari pemaparannya yang lugas disertai hasil-hasil kajian yang dilakukannya, Dea Guru Cuk kemudian menegaskan bahwa, untuk wilayah Nusantara terdapat pelbagai pendapat para ahli sejarah, mengenai waktu masuknya Islam, ada yang berpendapat abad ke-13, abad ke-16 dan ada pula yang berpemdapat abad ke-7 Masehi. Di balik pendapat-pendapat tersebut, ada pula bukti-bukti sejarah yang dikemukakan oleh para ahli, misalnya di wilayah Sumatera, berdiri beberapa kerajaaan Islam. Kerajaan Islam Samudera Pasai, sebagai Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Raja pertamanya adalah al-Malik as-Shaleh (wafat bulan Ramadhan 696 H / 1297 M). Sementara itu, Agama Islam di Pulau Jawa, mulai masuk diperkirakan sebelum abad XIII Masehi, yang dipimpin oleh para wali Songo.
Sedangkan berkaitan dengan kapan awal mula Islam mulai masuk dan dan berkembang di Sumbawa, Ketua Umum MUI Sumbawa tersebut menyatakan, belum ada data pasti, mengenai waktu (tahun) berapa Islam pertama kali masuk ke Sumbawa. Sehingga perbagai macam analisa bermunculan guna mencari tahu kapan pertama kali Islam hadir di Sumbawa dan siapa pembawanya yang pertama kali ?
Namun demikian, Dea Guru Cuk dengan penuh keyakinan mengutip pendapat Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin bin Abdul Madjid Pancor, dalam bukunya “Wasiat Renungan Massa” menjelaskan bahwa, di Liang Petang Desa Batu Tering Kecamatan Moyo Hulu, terdapat makam tujuh muballigh penyiar Islam, seperti yang tertera dalam bentuk syair.
Di Liang Petang di Moyo Hulu
Tujuh muballigh bermakam di situ
Penyebar Islam zaman dahulu
Awal terbuka daerah Dompu
Yaitu : Ali Fatah Badawi
Dan Harun Zain Abu Bakar Husni
Dan Firdaus Imran ‘Aalu Syahabi
Amir Hajjaj Muhammad Ali Akbari.
Sementara itu, Dompu, pertama kali diserbu pasukan Majapahit tahun 1344 M itu, di bawah komando Tumenggung Nala, baru bisa ditaklukkan pada tahun 1357 M. Artinya, jauh sebelum 1334 M, Dompu telah hadir sebagai sebuah negeri (kerajaan berdaulat). Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa Islam melalui para muballigh tersebut sudah mulai masuk ke Sumbawa. Ini sekaligus berarti, bahwa Islam di Sumbawa telah hadir, jauh sebelum berdirinya Kesultanan Sumbawa tahun 1648, sekalipun dalam wilayah yang sangat terbatas, yakni diwilayah Liang Petang atau batu Tering Moyo Hulu. Sedangkan penyebaran lebih lanjut, baru dilakukan pada era Kesultanan Sumbawa yang berdiri tahun 1648 Masehi, sekalius pula rumusan mengenai qanunnya Sumbawa Adat Barenti Lako Syara’, Syara’ Barenti Lako Kitabullah dirumsakan, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Djalaluddin Syah I yang memerintah tahun 1702 – 1725. Fase ini, Islam di Sumbawa dari beberapa sumber sekunder disebutkan bahwa, dibawah oleh para muballigh yang datang dari Kuffah, kemudian Goa – Sulawesi dan dari Jawa.
Selanjutnya disampaikan, bahwa Islam di Sumbawa, berafiliasi pada tiga ormas, yakni Nahdlatul Ulama yang berdiri 1935, Muhammadiyah pada tanggal 22 Rabiul Akhir 1359 H bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1940. Dan tahun 1960, Organisasi organisasi NW masuk pertama kali ke Sumbawa. Tak lupa pula disebut beberapa nama ulama Ulama Sumbawa yang hidup diabad ke – 18 / 19 M yang sangat masyhur antara lainAl ‘alimul ‘allaamah, al Fadhil Hadhratu as Syaikh Muhammad Zainuddin bin Muhammad Badawai al Tepali al Jawi as Sumbawi. Beliau lahir di Desa Tepal Kecamatan Batu Lanteh Kabupaten Sumbawa, pada tahun 1227H/1810M. dan wafat di Makkah al Mukarramah pada Bulan Dzuqa’dah 1312H/1895M dalam usia 85 tahun. Syaikh Muhammad Ali bin Abdurrasyid bin Abdullah al Jawi al Qadhi as Sumbawi; Kitabnya yang terkenal Al yawaqiitu alJawahir.Datu Kadi Muhammad Jaqub Lalu Mesir. Dea Imam H. Muhammad Sirad (Imam Utan), Dea Imam Lunyuk atau Datu Alam Dea Imam Muhammad bin H. Muhammad Ali Dea Imam H. Daud (Imam Batu Dulang), dikenal dengan sebutan H. Dawe, Syaikh Muhammad bin Umar as-Sumbawi, putra Syaikh Umar Sumbawa Beliau cukup dikenal di negeri Yaman, Syaikh Muhammad Arsyad as Musuki as Sumbawi. Putera dari Syaikh Umar as-Sumbawi. Kebutulan penulis pernah berziarah ke Makamnya di Desa Musuk Kec. Batu Lante, Syaikh Abdurrasyid bin Abdullah, guru dari Syaikh Muhammad Ali (putranya sendiri) dan Syaikh Umar as Sumbawi, Syaikh Abbas, keluarga dari Syaikh Zainuddin Tepal, Dea Kadi Syaikh Sirajuddin. Beliau adalah kadi (Qadhi) pada masa Sultanah Shafiyatuddin (1791 – 1795), DGH. Abdul Kaffi. (hidup pada masa Sultan Muhammad Amrullah), dan lain-lain. Sedangkan, Aries Zulkarnaen, Budayawan Sumbawa, memaparkan panjang lebar tentang makna dan nilai-nilai adat budaya Tau dan Tana Samawa.
Seminar Islam dan Kebudayaan ini, sangat berkelas, karena diikuti oleh Rektor UTS, Chairul Hudaya, Ph.D., para wakil rector, ibu bapak dosen UTS, perwakilan Ormas, aktivis Kampus, Guru-Guru SMA/SMK.
Ketua IKADI Kab. Sumbawa menyampaikan bahwa tujuan acara ini digelar adalah, agar para Kita semua, dan para Da’i di Sumbawa, bisa mempunyai pemahaman tentang Islam dan adat tardisi yang tumbuh berkembang di Sumbawa, sehingga bisa membantu dalam tugas-tuas dakwah.
Sementara itu, Rektor Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) Chairul Hudaya, Ph. D., dalam sambutannya sangat mengapresiasi kegiatan seminar ini. Rektor muda dengan segudang prestasi tersebut, labih lanjut menambahkan bahwa di UTS sendiri akan ada program untuk membina para mahasiswa yang hafal-hafal Al-Qur’an, untuk lebih mendalam tentang materi dan metode dakwah. Program yang telah digagas tersebut, bekerjasama dengan MUI Kabupaten Sumbawa, juga kita berharap dengan IKADI tutupnya. Sehingga harapannya, adalah Kita di Sumbawa, akan banyak lahir Dai-Dai yang mumpuni, yang berasalah dari UTS, pungkasnya. (IM)
COMMENTS