SUMBAWA- Akibat tidak adanya layanan air bersih, warga Perumahan Samawa Regency Kelurahan Uma Sima, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) terpaksa membeli air tandon dengan tarif Rp. 150.000 hingga 200.000 untuk penuhi kebutuhan sehari-hari.
Krisis air bersih ini dirasakan warga setiap tahun saat musim kemarau. Kondisi cuaca yang panas ini membuat warga semakin kesulitan mendapatkan air bersih.
Demikian disampaikan salah seorang warga, Mariana. Ia mengatakan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, terpaksa membeli dengan merogoh kocek dari 150.000 hingga 200.000 rupiah untuk satu tandon.
“Iya, air tandon kami beli hingga Rp.200.000. Biasanya digunakan untuk cuci kakus selama 2-3 hari. Penggunaan air harus hemat agar tak cepat habis,” kata Mariana, saat ditemui Jumat (27/9/2024).
Menurutnya, warga tidak punya pilihan lain, lantaran tak ada sumber air bersih di lokasi perumahan yang terhitung masih dekat dengan wilayah pusat kota Sumbawa.
Sedangkan, untuk kebutuhan minum, Mariana membeli air galon dengan harga Rp. 7.000 hingga Rp. 10.000.
“Air galon untuk minum, biasanya habis 2 hari. Apalagi kalau banyak keluarga, kebutuhan air juga semakin banyak,” ceritanya.
Sementara ketua RW 12, Kelurahan Uma Sima, Rasyidi mengatakan, krisis air bersih ini dirasakan oleh warga setempat saat musim kemarau.
Hal itu karena saat musim hujan warga setempat masih bisa menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan cuci kakus sehari-hari.
Namun, karena perubahan iklim dan anomali cuaca dampak El-Nino membuat intensitas hujan beberapa tahun terakhir semakin berkurang dan cuaca ekstrem yang lebih panas di musim kemarau membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Menurutnya, di lokasi perumahan ini tidak ada layanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sumbawa maupun sumur bor, namum ada beberapa sumur yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer di wilayah kelurahan lain.
“Benar, kondisi krisis air bersih semakin sulit kami rasakan, karena tidak adanya sumber air sumur maupun air bor serta PDAM. Dampaknya, saat musim kemarau warga selalu terdampak krisis air bersih,” kata Rasyidi.
Menurutnya, kondisi krisis air bersih sudah dua tahun semakin sulit dirasakan.
“Kami sangat terbantu dengan adanya bantuan air bersih dari BPBD Sumbawa. Semoga bantuan air bersih ini rutin kami dapatkan,” ucap Rasyidi.
Ia mengatakan, adanya distribusi air bersih mengurangi biaya yang dikeluarkan warga untuk membeli air.
Rasyidi meminta pemerintah untuk mencarikan solusi terkait sumber air sehingga setiap tahunnya warga tidak lagi memanfaatkan air hujan untuk konsumsi dan alami krisis air bersih saat musim kemarau. (IM)
COMMENTS